Banyak wisatawan
muslim yang berkunjung ke keraton Yogyakarta, menyempatkan
diri untuk mengunjungi masjid Agung yang berada di sebelah barat alun-alun utara. Selain untuk melaksanakan sholat, mereka mengunjungi masjid tersebut
untuk melihat keindahan arsitektur bangunan masjid yang berusia hampir 3 abad itu.
Masjid Agung Keraton Yogyakarta juga
dikenal dengan nama Masjid Gede Kauman dibangun pada tahun 1773. Secara
simbolis merupakan transendensi untuk menunjukkan keberadaan Sultan yang
bergelar “Senopati Ing Alogo Abdur Rahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah”
yaitu di samping penguasa yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan perdamaian
dan peperangan atau sebagai panglima tertinggi (Senopati Ing Alogo), juga
sebagai wakil Allah di bumi untuk menjadi pemimpin/ pemuka dan pelindung agama
(Abdur Rahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah).
![]() |
Masjid Agung Keraton Yogyakarta |img : simbi.kemenag.go.id |
Bangunan
masjid terdiri dari ruang utama dan serambi. Lantai ruang utama dibuat lebih
tinggi dibanding serambi. Ruang utama masjid ditopang oleh empat buah soko guru
(tiang utama) dan 12 buah tiang soko rowo (tiang tambahan). Atap ruang utama
berbentuk tumpang tingkat tiga.
Tempat imam
memimpin salat berjamaah yang disebut mihrab, berbentuk relung setengah
lingkaran, dan di sisi kiri-kanan mihrab terdapat hiasan bunga dan tulisan
Arab.
Di sebelah
kiri mihrab terdapat bangunan kecil yang berfungsi sebagai tempat sholat raja
atau penguasa. Bangunan kecil yang disebut Maksurah ini terbuat dari kayu Jati.
Bangunan Pawestren yang berada di sebelah kanan ruang
utama, dipergunakan untuk tempat shalat kaum wanita.
Lantai serambi
dibuat lebih tinggi satu meter dari permukaan tanah . Pada serambi ini terdapat
24 tiang berumpak batu yang berbentuk padma. Umpak batu tersebut berpola hias motif
pinggir awan yang dipahatkan. Atap serambi masjid berbentuk limasan.
![]() |
Serambi Masjid Agung Yogyakarta | img : simbi.kemenag.go.id |
Seluruh lantai bangunan masjid yang mampu menampung
sekitar 1500 orang jamaah ini, terbuat dari bahan marmer Italia.
Didepan dan
samping serambi masjid terdapat kolam kecil yang jaman dahulu berfungsi untuk
mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Halaman
masjid terdiri atas halaman depan dan halaman belakang. Halaman depan masjid
merupakan ruangan terbuka yang terletak di bagian luar bangunan masjid, dan
dibatasi oleh tembok keliling. Sedangkan di halaman belakang masjid terdapat
beberapa makam, yang salah satunya adalah makan Nyai Ahmad Dahlan (istri pendiri
organisasi keagamaan Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan).
Di depan
halaman terdapat tanah lapang yang di kedua sisinya terdapat sebuah bangunan bernama
Pagongan. Saat upacara perayaan Sekaten, pagongan disisi utara yang disebut Pagongan
Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati
Kangjeng Kyai Naga Wilaga dan Pagongan di sisi selatan yang disebut Pagongan Kidul
untuk gamelan sekati Kanjeng Kyai Guntur Madu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar