1.6.15

Abadikan Kenangan Wisata di Tugu Jogja

Ada sebuah bangunan Jogja yang berdiri di tengah perempatan jalan, yang menjadi salah satu icon wisata Jogja yang sangat terkenal. Walaupun bangunan tersebut hanya berbentuk sebuah tugu, namun bangunan tersebut banyak di kunjungi wisatawan untuk berfoto sebagai bukti dan kenangan, bahwa mereka pernah berkunjung di Jogja.

Para pelajar dari berbagai daerah yang selesai melanjutkan pendidikan di Yogyakarta, juga banyak mengabadikan kenangan mereka semasa tinggal di kota ini, dengan berfoto di depan tugu Jogja. Karena tugu tersebut identik dengan Yogyakarta.

Kebanyakan pengunjung datang ke lokasi tugu ini pada waktu pagi, sejak pukul 5 hingga menjelang siang. Karena disamping udara yang masih sejuk, juga karena lalu lintas kendaraan yang belum terlalu ramai.

Kemudian mulai sore hari hingga menjelang tengah malam, lokasi ini kembali ramai oleh pengunjung. Trotoar di pojok jalan Mangkubumi, menjadi lokasi yang banyak dipilih untuk menikmati suasana.

Tugu Jogja di malam hari
Tugu Jogja 


Tugu Jogja berdiri di tengah perempatan jalan antara Jalan Diponegoro, Jalan A.M Sangaji,  Jalan Jendral Soedirman, dan Jalan Pangeran Mangkubumi. Jika dari jalan Mangkubumi terus berjalan ke arah selatan, akan bertemu dengan jalan Malioboro.

Tugu Jogja yang didirikan sekitar setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri ini, memiliki makna yang dalam dan menjadi saksi sejarah kota Yogyakarta. Tugu ini memiliki nilai filosofis sebagai penanda garis imajiner yang menghubungkan laut Selatan, Keraton Ngayogyakarto (Keraton Kesultanan Yogyakarta), dan Gunung Merapi. Dari atas gunung Merapi, garis imajiner itu terlihat nyata dan pemandangan yang terlihat akan sangat menakjubkan.

Pada awal dibangun tugu Jogja tidak berbentuk persegi empat seperti sekarang ini. Namun tiangnya berbentuk silender dengan puncak berbentuk bulat yang secara tegas menggambarkan simbol Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada tiangnya bangunan tugu yang berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Pada tanggal 10 Juni 1867 terjadi gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta dan membuat bangunan tugu runtuh.

Ketika Belanda menjajah Indonesia pada tahun 1889, mereka mengikis persatuan rakyat dan penguasa keraton, dengan taktik merombak bangunan tersebut, menjadi Tugu yang berbentuk seperti sekarang ini. Namun taktik penjajah Belanda tersebut tidak berhasil, karena kecintaan dan kedekatan rakyat dengan Rajanya, yang bahkan hingga sekarang ini masih terlihat nyata.

1 komentar: