Ada sebuah bangunan Jogja yang berdiri di tengah
perempatan jalan, yang menjadi salah satu icon wisata Jogja yang sangat
terkenal. Walaupun bangunan tersebut hanya berbentuk sebuah tugu, namun
bangunan tersebut banyak di kunjungi wisatawan untuk berfoto sebagai bukti dan
kenangan, bahwa mereka pernah berkunjung di Jogja.
Para pelajar dari berbagai daerah yang selesai
melanjutkan pendidikan di Yogyakarta, juga banyak mengabadikan kenangan mereka
semasa tinggal di kota ini, dengan berfoto di depan tugu Jogja. Karena tugu tersebut
identik dengan Yogyakarta.
Kebanyakan pengunjung datang ke lokasi tugu ini pada
waktu pagi, sejak pukul 5 hingga menjelang siang. Karena disamping udara yang
masih sejuk, juga karena lalu lintas kendaraan yang belum terlalu ramai.
Kemudian mulai sore hari hingga menjelang tengah malam,
lokasi ini kembali ramai oleh pengunjung. Trotoar di pojok jalan Mangkubumi,
menjadi lokasi yang banyak dipilih untuk menikmati suasana.
![]() |
Tugu Jogja |
Tugu Jogja berdiri di tengah perempatan jalan antara Jalan
Diponegoro, Jalan A.M Sangaji, Jalan
Jendral Soedirman, dan Jalan Pangeran Mangkubumi. Jika dari jalan Mangkubumi terus berjalan ke arah selatan, akan bertemu dengan jalan Malioboro.
Tugu Jogja yang didirikan sekitar setahun setelah Kraton
Yogyakarta berdiri ini, memiliki makna yang dalam dan menjadi saksi sejarah
kota Yogyakarta. Tugu ini memiliki nilai filosofis sebagai penanda garis
imajiner yang menghubungkan laut Selatan, Keraton Ngayogyakarto (Keraton
Kesultanan Yogyakarta), dan Gunung Merapi. Dari atas gunung Merapi, garis
imajiner itu terlihat nyata dan pemandangan yang terlihat akan sangat
menakjubkan.
Pada awal dibangun tugu Jogja tidak berbentuk persegi
empat seperti sekarang ini. Namun tiangnya berbentuk silender dengan puncak
berbentuk bulat yang secara tegas menggambarkan simbol Manunggaling Kawula
Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan.
Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada tiangnya
bangunan tugu yang berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong
(bulat), sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.
Pada tanggal 10 Juni 1867 terjadi gempa bumi yang
mengguncang Yogyakarta dan membuat bangunan tugu runtuh.
Ketika Belanda menjajah Indonesia pada tahun 1889, mereka
mengikis persatuan rakyat dan penguasa keraton, dengan taktik merombak bangunan
tersebut, menjadi Tugu yang berbentuk seperti sekarang ini. Namun taktik penjajah
Belanda tersebut tidak berhasil, karena kecintaan dan kedekatan rakyat dengan
Rajanya, yang bahkan hingga sekarang ini masih terlihat nyata.
mantab min
BalasHapusCV Tugu